Pages

Senin, 28 Februari 2011

Sosok SBY di dunia di hargai, Tapi diindonesia dianggap pembohong


Rank News : Siapa yang tidak kenal engan sosok presiden RI kita bapak Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih di kenal dengan sebutan SBY, di mata dunia SBY merupakan sosok yang paling dihargai dan di segani, tapi sayang bukan bagi mata sebagian orang di indonesia yang justru enganggap beliau sebagai sosok seorang pembohong.

Pada pertemuan bergengsi pemimpin dunia di bidang ekonomi dunia atau WEF (World Economic Forum) ternyata suara SBY sangat dihargai dan dihormati. SBY didapuk menjadi Keynote Speaker si hari pertemuan forum itu. Kehormatan dan penghargaan itu tidak main-main, karena dalam dua periode sebelumnya yang ditunjuk adalah presiden Perancis dan Presiden China. Sebaliknya di negeri sendiri sebagian politikus dan media menganggap SBY bewbohong dalam mengungkapkan keberhasilam ekonomi Indonesia. Bahkan pemberitaan yang saeharusnya membanggakan dan positif itu tidak mendapatkan apresiasi secara proposional dari media.
Presiden Yudhoyono menjadi salah satu pembicara kunci pada hari pertama forum WEF. SBY berbicara tentang berbagai hal, termasuk isu ekonomi, masalah energi dan pangan, serta perubahan iklim.
Di forum WEF, Kepala Negara akan memberikan pidato kunci dalam special address forum ekonomi dunia. Di samping itu, SBY juga dijadwalkan untuk memberikan keynote speech pada Energy Summit. Pidato kunci di acara WEF adalah Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, sementara pada 2009 dilakukan oleh PM Tiongkok Wen Jiabao. Pada tanggal 27 Januari atau hari pertama dari forum ekonomi dunia di Davos, saya dijadwalkan dan mendapat kehormatan untuk memberikan pidato kunci di depan panel session.
Sebagai salah satu pemimpin negara berkembang akan saya gunakan Forum itu dengan sebaik-baiknya agar suara negara berkembang, suara Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN juga makin didengar oleh forum pada tingkat global,” ungkap presiden. “Saya memberikan keynote speech pada Energy Summit. Setelah itu, dengan para pemimpin dunia yang lain, saya akan mengikuti sejumlah konferensi, sebagai panelis misalnya dengan topik Sustainable development, revitalisasi perdagangan dunia, dan sebagainya,” lanjut SBY
Presiden juga berkomunikasi dan berdiskusi bersama para tokoh dunia seperti Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, Presiden Finlandia Tarja Halonen, PM Inggris, Presiden Prancis, Presiden Kolombia, Presiden Swiss, dan PM Belgia dan dua mantan Kepala negara atau Kepala Pemerintahan, Bill Clinton dan Tony Blair serta tokoh dunia lainnya.
Sebagai salah satu pemimpin negara berkembang, akan saya gunakan forum itu agar suara negara berkembang, suara Indonesia sebagai negara terbesar di Asean juga makin didengar oleh forum pada tingkat global.
Di Indonesia Dianggap Bohong
Penunjukkan SBY sebagai pembicara kunci di hari pertama menunjukkan bahwa sosok kepemimpinan SBY dan kondisi perekonomian Indonesia diakui di dunia. Sebaliknya di Indonesia SBY selalu menjadi bulan-bulanan bahkan dianggap berbohong oleh para kritikus, politikus bahkan sebagian tokoh lintas agama. SBY dianggap berbohong ketika pemerintah mengeluarkan data statistik dan parameter keberhasilan ekonomi tetapi nyuatanya masih ada kemiskinan di negeri ini.
Tampaknya perbedaan persepsi tersebut wejar terjadi ketika satu pihak memandang dengan persepsi dan tujuan yang berbeda. Bila forum ekonomi dunia menganggap SBY berhasil dalam bidang ekonomi karena melihat fakta data dan parameter perekonomian Indonesia termasuk yang luar biasa di Asia bahkan di Dunia. Forum komunikasi ekonomi setingkat WEF tentunya sangat independen dan kredibilitasnya tidak diragukan. Dalam menilai keberhasilan Indonesia seharusnya bukan hanya menggunakan data yang ada di Indonesia tetapi juga ber
Seharusnya bila ingin Indonesia lebih cepat maju dan tidak penuh konflik maka para kritikus, media masa atau politikus lainnya mencontoh petunjuk orang bijak. Generasi masa depan bangsa ini sangat ditentukan oleh mereka yang terus berbuat nyata, tak berhenti pada kata-kata. Meminjam petuah seorang bijak, mereka adalah para manusia bermental positif yang lebih memilih “menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”. Bila hal ini dilakukan maka Indonesia akan dipenuhi suasana yang santun, bersatu dan bisa maju lebih luar biasa. Tetapi sayangnya impianLebih baik menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”
Generasi masa depan  sejatinya ditentukan oleh mereka yang terus berbuat nyata, tak berhenti pada kata-kata. Meminjam petuah seorang bijak, mereka adalah para manusia bermental positif yang lebih memilih “menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”. bagai penelitian lembaga survey ekonomi Internasional. Ketika terjadi krisis ekonomi dunia yang terjadi di Yunani dan Amerika, negara maju terkena imbasnya. Tetapi Indonenesia, Cina dan India justru menunjukkan stabilitas ekonominya. Keberhasilan otulah mungkin salah satu pengakuan dunia Internasional terhadap kepemimpinan SBY khususnya di bidang ekonomi.
Perbedaan persepsi itu terjadi arena tujuan dan persepsi WEF berbeda dengan para kritikus di Indonesia. Bila WEF menunjukkan SBY melihat keberhasilan dan sisi positif dengan tujuan menjadi inspirasi bagi para pemimpin dunia lainnya. Bila WEF melihat sisi negatif Indonesia dengan menunjukkan kemiskinan di beberapa daerah mungkin tidak menjadi masalah.
Tetapi berbeda dengan para kritikus, media masa. Tokoh lintas agama yang diimotori kelompok kerja dan data LSM maka situasi yang terjadi adalah persepsi negatif. SBY dianggap berbohong meski pemerintah tewtap mengakui bahwa memang masih ada kemiskinan tetapi jangan menutup mata adanya keberhasilan. Bahkan topik kebohoingan pemerentah ini terus diblowup sampai hari ini oleh media masa tertentu.
Hal inilah yang terjadi di Indonesia. Dalam memeberikan pencerahan moral dan kritik masih didominasi oleh persepsi negatif sehingga justru pesan atau kritik yang dibangun tidak konstruktif malah kesannya kasar. Hal ini wajar terjadi karena saat ini justru pihak yang bersuara lantang seperti media masa, kritikus, politikus bahkan sebagian tokoh agama meski tidak berpolitik sudah terpapar oleh kepentingan pribadi dan kepentingan politik tertentu.
Sehingga hal inilah sampai saat ini media masa selalu dipenuhi informasi negatif, salng menyalahkan, menuduh dan tidak membangun. Seperti berita positif SBy dihargai di WEF ini tidak pernah menjadi berita yang proposiaonal, kalaupun ada kadang justru ada kritikan yang malah menenggelamkan substansi utamnanya.
Seharusnya bila ingin Indonesia lebih cepat maju dan tidak penuh konflik maka para kritikus, media masa atau politikus lainnya mencontoh petunjuk orang bijak. Generasi masa depan bangsa ini sangat ditentukan oleh mereka yang terus berbuat nyata, tak berhenti pada kata-kata. Meminjam petuah seorang bijak, mereka adalah para manusia bermental positif yang lebih memilih “menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”. Bila hal ini dilakukan maka Indonesia akan dipenuhi suasana yang santun, bersatu dan bisa maju lebih luar biasa. Tetapi sayangnya impianLebih baik menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”
Para penerus bangsa sekarang kelihatannya lebih senang mencari sebuah masalah ketimbang bergerak bersama dan menyelesaikannya. padahal suatu negara diukur seberapa kuatnya dimata dunia tergantung dari generasi mudanya yang di kemudian hari akan memimpin sebuah negaranya.

Rank News

0 komentar:

Posting Komentar