Rank News : Siapa yang tidak kenal engan sosok presiden RI kita bapak Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih di kenal dengan sebutan SBY, di mata dunia SBY merupakan sosok yang paling dihargai dan di segani, tapi sayang bukan bagi mata sebagian orang di indonesia yang justru enganggap beliau sebagai sosok seorang pembohong.
Pada pertemuan bergengsi pemimpin dunia di bidang ekonomi dunia atau WEF  (World Economic Forum) ternyata suara SBY sangat dihargai dan  dihormati. SBY didapuk menjadi Keynote Speaker si hari pertemuan forum  itu. Kehormatan dan penghargaan itu tidak main-main, karena dalam dua  periode sebelumnya yang ditunjuk adalah presiden Perancis dan Presiden  China. Sebaliknya di negeri sendiri sebagian politikus dan media  menganggap SBY bewbohong dalam mengungkapkan keberhasilam ekonomi  Indonesia. Bahkan pemberitaan yang saeharusnya membanggakan dan positif  itu tidak mendapatkan apresiasi secara proposional dari media.
Presiden Yudhoyono menjadi salah satu pembicara kunci pada hari pertama  forum WEF. SBY berbicara tentang berbagai hal, termasuk isu ekonomi,  masalah energi dan pangan, serta perubahan iklim.
Di forum WEF, Kepala Negara akan memberikan pidato kunci dalam special  address forum ekonomi dunia. Di samping itu, SBY juga dijadwalkan untuk  memberikan keynote speech pada Energy Summit. Pidato kunci di acara WEF  adalah Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, sementara pada 2009 dilakukan  oleh PM Tiongkok Wen Jiabao. Pada tanggal 27 Januari atau hari pertama  dari forum ekonomi dunia di Davos, saya dijadwalkan dan mendapat  kehormatan untuk memberikan pidato kunci di depan panel session.
Sebagai salah satu pemimpin negara berkembang akan saya gunakan Forum  itu dengan sebaik-baiknya agar suara negara berkembang, suara Indonesia  sebagai negara terbesar di ASEAN juga makin didengar oleh forum pada  tingkat global,” ungkap presiden. “Saya memberikan keynote speech pada  Energy Summit. Setelah itu, dengan para pemimpin dunia yang lain, saya  akan mengikuti sejumlah konferensi, sebagai panelis misalnya dengan  topik Sustainable development, revitalisasi perdagangan dunia, dan  sebagainya,” lanjut SBY
Presiden juga berkomunikasi dan berdiskusi bersama para tokoh dunia  seperti Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban  Ki-moon, Presiden Finlandia Tarja Halonen, PM Inggris, Presiden Prancis,  Presiden Kolombia, Presiden Swiss, dan PM Belgia dan dua mantan Kepala  negara atau Kepala Pemerintahan, Bill Clinton dan Tony Blair serta tokoh  dunia lainnya.
Sebagai salah satu pemimpin negara berkembang, akan saya gunakan forum  itu agar suara negara berkembang, suara Indonesia sebagai negara  terbesar di Asean juga makin didengar oleh forum pada tingkat global.
Di Indonesia Dianggap Bohong
Penunjukkan SBY sebagai pembicara kunci di hari pertama menunjukkan  bahwa sosok kepemimpinan SBY dan kondisi perekonomian Indonesia  diakui  di dunia. Sebaliknya di Indonesia SBY selalu menjadi bulan-bulanan  bahkan dianggap berbohong oleh para kritikus, politikus bahkan sebagian  tokoh lintas agama. SBY dianggap berbohong ketika pemerintah  mengeluarkan data statistik dan parameter keberhasilan ekonomi tetapi  nyuatanya masih ada kemiskinan di negeri ini.
Tampaknya perbedaan persepsi tersebut wejar terjadi ketika satu pihak  memandang dengan persepsi dan tujuan yang berbeda. Bila forum ekonomi  dunia menganggap SBY berhasil dalam bidang ekonomi karena melihat fakta  data dan parameter perekonomian Indonesia termasuk yang luar biasa di  Asia bahkan di Dunia. Forum komunikasi ekonomi setingkat WEF tentunya  sangat independen dan kredibilitasnya tidak diragukan. Dalam menilai  keberhasilan Indonesia seharusnya bukan hanya menggunakan data yang ada  di Indonesia tetapi juga ber
Seharusnya bila ingin Indonesia lebih cepat maju dan tidak penuh konflik maka para kritikus, media masa atau politikus lainnya mencontoh petunjuk orang bijak. Generasi masa depan bangsa ini sangat ditentukan oleh mereka yang terus berbuat nyata, tak berhenti pada kata-kata. Meminjam petuah seorang bijak, mereka adalah para manusia bermental positif yang lebih memilih “menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”. Bila hal ini dilakukan maka Indonesia akan dipenuhi suasana yang santun, bersatu dan bisa maju lebih luar biasa. Tetapi sayangnya impianLebih baik menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”
Generasi masa depan sejatinya ditentukan oleh mereka yang terus berbuat nyata, tak berhenti pada kata-kata. Meminjam petuah seorang bijak, mereka adalah para manusia bermental positif yang lebih memilih “menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”. bagai penelitian lembaga survey ekonomi Internasional. Ketika terjadi krisis ekonomi dunia yang terjadi di Yunani dan Amerika, negara maju terkena imbasnya. Tetapi Indonenesia, Cina dan India justru menunjukkan stabilitas ekonominya. Keberhasilan otulah mungkin salah satu pengakuan dunia Internasional terhadap kepemimpinan SBY khususnya di bidang ekonomi.
Seharusnya bila ingin Indonesia lebih cepat maju dan tidak penuh konflik maka para kritikus, media masa atau politikus lainnya mencontoh petunjuk orang bijak. Generasi masa depan bangsa ini sangat ditentukan oleh mereka yang terus berbuat nyata, tak berhenti pada kata-kata. Meminjam petuah seorang bijak, mereka adalah para manusia bermental positif yang lebih memilih “menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”. Bila hal ini dilakukan maka Indonesia akan dipenuhi suasana yang santun, bersatu dan bisa maju lebih luar biasa. Tetapi sayangnya impianLebih baik menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”
Generasi masa depan sejatinya ditentukan oleh mereka yang terus berbuat nyata, tak berhenti pada kata-kata. Meminjam petuah seorang bijak, mereka adalah para manusia bermental positif yang lebih memilih “menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”. bagai penelitian lembaga survey ekonomi Internasional. Ketika terjadi krisis ekonomi dunia yang terjadi di Yunani dan Amerika, negara maju terkena imbasnya. Tetapi Indonenesia, Cina dan India justru menunjukkan stabilitas ekonominya. Keberhasilan otulah mungkin salah satu pengakuan dunia Internasional terhadap kepemimpinan SBY khususnya di bidang ekonomi.
Perbedaan persepsi itu terjadi arena tujuan dan persepsi WEF berbeda  dengan para kritikus di Indonesia. Bila WEF menunjukkan SBY melihat  keberhasilan dan sisi positif dengan tujuan menjadi inspirasi bagi para  pemimpin dunia lainnya. Bila WEF melihat sisi negatif Indonesia dengan  menunjukkan kemiskinan di beberapa daerah mungkin tidak menjadi masalah.
Tetapi berbeda dengan para kritikus, media masa. Tokoh lintas agama yang  diimotori kelompok kerja dan data LSM maka situasi yang terjadi adalah  persepsi negatif. SBY dianggap berbohong meski pemerintah tewtap  mengakui bahwa memang masih ada kemiskinan tetapi jangan menutup mata  adanya keberhasilan. Bahkan topik kebohoingan pemerentah ini terus  diblowup sampai hari ini oleh media masa tertentu.
Hal inilah yang terjadi di Indonesia. Dalam memeberikan pencerahan moral  dan kritik masih didominasi  oleh persepsi negatif sehingga justru  pesan atau kritik yang dibangun tidak konstruktif malah kesannya kasar.  Hal ini wajar terjadi karena saat ini justru pihak yang bersuara lantang  seperti media masa, kritikus, politikus bahkan sebagian tokoh agama  meski tidak berpolitik sudah terpapar oleh kepentingan pribadi dan  kepentingan politik tertentu.
Sehingga hal inilah sampai saat ini media masa selalu dipenuhi informasi  negatif, salng menyalahkan, menuduh dan tidak membangun. Seperti berita  positif SBy dihargai di WEF ini tidak pernah menjadi berita yang  proposiaonal, kalaupun ada kadang justru ada kritikan yang malah  menenggelamkan substansi utamnanya.
Seharusnya bila ingin Indonesia lebih cepat maju dan tidak penuh konflik  maka para kritikus, media masa atau politikus lainnya mencontoh  petunjuk orang bijak. Generasi masa depan bangsa ini sangat  ditentukan  oleh mereka yang terus berbuat nyata, tak berhenti pada kata-kata.  Meminjam petuah seorang bijak, mereka adalah para manusia bermental  positif yang lebih memilih “menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk  kegelapan”.  Bila hal ini dilakukan maka Indonesia akan dipenuhi suasana  yang santun, bersatu dan bisa maju lebih luar biasa. Tetapi sayangnya  impianLebih baik menyalakan lilin, ketimbang terus mengutuk kegelapan”
Para penerus bangsa sekarang kelihatannya lebih senang mencari sebuah masalah ketimbang bergerak bersama dan menyelesaikannya. padahal suatu negara diukur seberapa kuatnya dimata dunia tergantung dari generasi mudanya yang di kemudian hari akan memimpin sebuah negaranya.
Para penerus bangsa sekarang kelihatannya lebih senang mencari sebuah masalah ketimbang bergerak bersama dan menyelesaikannya. padahal suatu negara diukur seberapa kuatnya dimata dunia tergantung dari generasi mudanya yang di kemudian hari akan memimpin sebuah negaranya.
Rank News 








0 komentar:
Posting Komentar